KOMPAS.com — Sengaja tak sarapan karena alasan diet atau tak sempat, sebaiknya Anda hindari terutama bila sedang menjalankan program pelangsingan. Pasalnya, kunyahan pertama di pagi hari sangat menentukan pilihan menu makanan sepanjang hari.
Menurut peneliti dari Imperial College London, melewatkan sarapan pagi justru akan membuat kita banyak mengasup kalori setelahnya. Hal ini terjadi karena otak akan mengira kita sengaja tidak sarapan karena ingin makanan yang tinggi kalori.
Kesimpulan tersebut dibuat setelah dilakukan penelitian dengan cara melihat functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengetahui bagaimana pola makan berpengaruh pada pusat hasil di otak, yang berperan dalam kesenangan dan bagaimana tubuh merespons. Dengan alat ini peneliti bisa melihat bagaimana sirkulasi darah dalam merespons aktivitas otak.
Dalam studinya, tim peneliti meminta 20 orang sehat untuk melakukan tes fMRI. Pada tes yang pertama, mereka tidak boleh sarapan. Kemudian, mereka diminta melihat foto makanan yang tinggi kalori, seperti pizza, cake, atau cokelat. Demikian juga makanan yang kaya serat, seperti sayur dan buah.
Ternyata, otak lebih aktif saat para responden melihat makanan yang tinggi kalori. Pada tes kedua, responden diminta untuk sarapan sebelum tes fMRI. Ternyata pusat bagian "hasil" pada otak tidak begitu aktif saat responden diperlihatkan gambar makanan berkalori tinggi.
"Saat orang tidak sarapan, perubahan aktivitas di otak dalam merespons makanan sepertinya akan memengaruhi pilihan jenis makanan yang akan disantap kemudian," kata Tony Goldstone MD, konsultan endokrinologi dari MRC Clinical Science Centre, London.
Para ahli gizi sejak lama telah mengingatkan pentingnya sarapan. Perut yang kosong akan membuat gula darah menurun dan mengganggu aliran oksigen ke otak. Akibatnya, kita jadi sulit berkonsentrasi, lemas, dan kepala pening. Kalau sudah begini, bagaimana mau produktif dalam bekerja?
Menurut peneliti dari Imperial College London, melewatkan sarapan pagi justru akan membuat kita banyak mengasup kalori setelahnya. Hal ini terjadi karena otak akan mengira kita sengaja tidak sarapan karena ingin makanan yang tinggi kalori.
Kesimpulan tersebut dibuat setelah dilakukan penelitian dengan cara melihat functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengetahui bagaimana pola makan berpengaruh pada pusat hasil di otak, yang berperan dalam kesenangan dan bagaimana tubuh merespons. Dengan alat ini peneliti bisa melihat bagaimana sirkulasi darah dalam merespons aktivitas otak.
Dalam studinya, tim peneliti meminta 20 orang sehat untuk melakukan tes fMRI. Pada tes yang pertama, mereka tidak boleh sarapan. Kemudian, mereka diminta melihat foto makanan yang tinggi kalori, seperti pizza, cake, atau cokelat. Demikian juga makanan yang kaya serat, seperti sayur dan buah.
Ternyata, otak lebih aktif saat para responden melihat makanan yang tinggi kalori. Pada tes kedua, responden diminta untuk sarapan sebelum tes fMRI. Ternyata pusat bagian "hasil" pada otak tidak begitu aktif saat responden diperlihatkan gambar makanan berkalori tinggi.
"Saat orang tidak sarapan, perubahan aktivitas di otak dalam merespons makanan sepertinya akan memengaruhi pilihan jenis makanan yang akan disantap kemudian," kata Tony Goldstone MD, konsultan endokrinologi dari MRC Clinical Science Centre, London.
Para ahli gizi sejak lama telah mengingatkan pentingnya sarapan. Perut yang kosong akan membuat gula darah menurun dan mengganggu aliran oksigen ke otak. Akibatnya, kita jadi sulit berkonsentrasi, lemas, dan kepala pening. Kalau sudah begini, bagaimana mau produktif dalam bekerja?
No comments:
Post a Comment