Pages

Gimana Sih Jodoh yang Cocok Itu

Makin terbukanya ruang perkenalan, pertemanan dan perjodohan antar laki-laki dan perempuan sekarang ini, ternyata tidak juga berhasil membuat urusan jodoh menjadi lebih mudah. Dengan adanya friendster atau facebook yang bisa mempertemukan makhluk dari berbagai belahan bumi, juga tak menjamin persoalan jodoh menjadi mudah diatasi. Apa yang sebenarnya terjadi pada kita? Sulitkah menemukan makhluk lain jenis itu? Sahabat saya bilang bukan makhluknya yang sulit ditemukan tapi kecocokannya itu yang sulit dipersatukan. Masa sih?

Coba iseng-iseng putar mata ke sekeliling dan buka telinga lebar-lebar jika ada yang bicara tentang jodoh, kita akan tahu bahwa ternyata memang sulit mencari pasangan yang cocok.

Sebenarnya seperti apa sih pasangan atau jodoh yang cocok untuk kita itu? Tentu sangat personal sifatnya karena terkait dengan kebutuhan kita sebagai individu. Tidak bisa kita generalisir bahwa karena si A terlahir di hari Sabtu maka dia hanya cocok dengan orang yang lahir di hari Senin, misalnya. Karena itu primbon sering juga salah memprediksi. Atau tidak bisa juga kita katakan bahwa orang Jawa akan sulit beradaptasi dengan suku lain karena fakta menunjukkan banyak pasangan awet meski adat sukunya sangat bertolak belakang. Ada yang berpendapat makin banyak kesamaan minat atau tata cara perilaku, makin sedikit konflik yang timbul. Tapi kita bisa lihat banyak laki-laki Batak yang suaranya menggelegar awet menikah dengan perempuan Sunda yang halus dalam bicara.

Bagaimana dengan faktor agama? Beberapa kalangan masih menganggap pasangan harus beragama sama untuk menghindari konflik yang tajam dalam hal ibadah. Ada juga yang beralasan menikah beda agama beresiko dihukumi zina karena tak mendapat restu Tuhan. Soal agama ini memang sangat bergantung pada seberapa dalam pemahaman agama dihayati oleh si pemeluknya itu. Beberapa sahabat berhasil mempertahankan pernikahan yang dibangun diatas iman yang berbeda. Beberapa lainnya berantakan meski ketika awal menikah begitu yakin akan bisa mengatasi perbedaan itu.

Jadi, ternyata cocok tidaknya sebuah hubungan sangat bergantung pada komitmen pasangan itu sendiri. Lalu apa ukurannya bahwa kita sudah cocok dengan pasangan kita atau belum? Bagi saya, rasa nyaman yang timbul ketika berdekatan dengannya sudah menjadi indikasi bahwa dia cocok untuk saya. Kemudian bisa kita biarkan waktu untuk membuktikan apakah rasa nyaman yang timbul itu memang kebutuhan hakiki kita yang tercermin dari chemistry yang timbul atau hanya kebutuhan sesaat yang segera menguap ketika kesepian sudah tak lagi kita rasakan. Jika rasa nyaman yang pernah ada itu hilang, berarti kita harus sudah bersiap menyambut datangnya badai karena hanya hati yang bisa menimbulkan rasa nyaman. Dan hati tak pernah berdusta..

No comments:

Post a Comment