Pages

Fakta dan mitos air minum

Kompas.com – Tak ada makhluk hidup yang bisa hidup tanpa air. Meski rasanya sederhana, tapi air minum masih menyimpan beberapa mitos dan salah pengertian. Ketahui mana pernyataan yang merupakan fakta dan yang cuma mitos.

1. Orang butuh untuk meminum 8 gelas air per hari.

Mitos. Meskipun air minum mudah didapat dan relatif ekonomis untuk menjaga cairan tubuh, namun sebuah rekomendasi dari Institute of Medicine menyebutkan kebutuhan air minum wanita per hari sekitar 2 liter atau 8 gelas, dan pria sekitar 3 liter atau 12 gelar setiap hari.

Namun, kebutuhan tersebut tak harus dipenuhi seluruhnya dari air putih. Kita juga bisa mendapatkannya dari jenis minuman lain seperti teh, susu, kopi, dan sebagainya. “Tidak ada yang dapat menentukan dari mana saja “delapan gelas air” itu berasal, namun saya percaya itu berasal dari batas wajar perhari yang direkomendasikan,” jelas Georgia Chavent, direktur Program Nutrisi dan Diet dari University of New Haven.

2. Air minum membantu menghilangkan racun-racun dari dalam tubuh.

Fakta. Meskipun air minum tidak sepenuhnya berfungsi untuk menetralkan racun, ginjal membutuhkan air untuk mengeluarkan racun-racun tertentu dari dalam tubuh. Jika Anda tidak meminum cukup air, maka ginjal Anda pun tidak tercukupi kebutuhan cairannya sehingga tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Materi pelajaranpun bisa jadi dongeng



KOMPAS.com - Setiap orangtua pasti ingin punya anak yang pandai. Namun selama ini orangtua lebih mengutamakan kepandaian kognitif, padahal kecerdasan emosional dan character building juga tidak kalah penting. Bahkan, pembentukan karakter dan kecerdasan emosional sebaiknya sudah dilakukan saat anak berusia 3-7 tahun.

Orangtua bisa menstimulasi kecerdasan emosional anak dengan cara mendongeng. Karena, proses dalam mendongeng juga bisa membantu anak meningkatkan kecerdasan emosional sekaligus merangsang kecerdasan kognitif mereka. Dongeng juga bersifat fleksibel, karena materinya tidak harus dari buku-buku cerita.

"Selain berupa cerita tentang lingkungan, atau nilai-nilai moral, dongeng juga bisa menjadi alternatif cara untuk memelajari materi pelajaran di sekolah," tukas pendongeng Awam Prakoso, saat talkshow di Hongkong Cafe, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Mengasah otak anak selama liburan

KOMPAS.com - Liburan sekolah yang cukup panjang pastinya membuat anak-anak sangat senang karena bisa bermain sepuasnya. Namun, sebagai orang tua kadang Anda khawatir karena libur yang lama bisa membuat otak anak menjadi tumpul dan sulit menyerap pelajaran saat harus kembali sekolah. Lalu gimana caranya agar anak tetap mau belajar saat liburan dan tak kaget saat harus kembali ke sekolah?

1. Batasi waktu nonton televisi
Saat liburan, berbagai film spesial anak-anak biasa dihadirkan untuk menemani anak-anak. Dan ketika menghabiskan liburan di rumah, televisi jadi satu-satunya hiburan yang mereka sukai. Akan tetapi, jangan biarkan anak nonton televisi sepanjang hari karena bisa-bisa mereka jadi kecanduan nonton dan menjadi malas beraktivitas.

Solusinya, Anda bisa mengajak mereka untuk bermain baik di dalam atau luar rumah. Biarkan mereka nonton televisi selama Anda mempersiapkan aneka permainan untuk mereka, misalnya teka-teki, ular tangga, atau ajak anak bergerak di luar rumah. Jika mereka ingin bermain video game, ajak mereka untuk memilih permainan yang merangsang mereka bergerak dan membutuhkan kerjasama dengan orang lain.

Biarkan anak bermain bebas

KOMPAS.com — Ajarkan anak-anak untuk bermain. Mendengar anjuran ini, mungkin Anda segera mengerutkan alis. Bukannya anak-anak memang gemar bermain? Memang, tapi dengan semakin modernnya dunia ini, anak-anak lebih cenderung memilih permainan yang sifatnya lebih terstruktur. Misalnya, bermain video games, bermain kasti dengan teman-teman di sekolah, atau kursus balet bersama anak-anak sebaya. Menurut Darell Hammond, penulis buku best-seller berjudul KaBOOM!: How One Man Built a Movement to Save Play, tipe permainan seperti ini sebenarnya kurang alami untuk anak-anak.

"Jenis permainan yang baik bagi anak adalah semua jenis permainan," tutur Hammond, yang juga pendiri KaBOOM!, sebuah organisasi nirlaba yang membantu membangun tempat bermain di berbagai komunitas di Amerika Serikat. "Yang kita lihat sekarang ini, anak-anak terlalu banyak menjalani aktivitas yang sangat terstruktur dan mendorongnya untuk bermain dalam tim. Padahal, mereka juga butuh permainan yang bebas dan kreatif," ujarnya.

4 Tips Menggali Kreativitas Anak

KOMPAS.com - Melihat anak senang menggambar atau bernyanyi, Anda sebagai orangtua pasti akan ikut senang. Namun, di dalam hati mungkin tersimpan pertanyaan, bagaimana ya caranya supaya anak bisa lebih kreatif lagi. Apakah Anda harus memberikan lebih banyak krayon? Mungkin tidak. Justru, memperkenalkannya pada lingkungan baru dan aktivitas lainnyalah yang akan bisa mengasah kreativitas anak. Dan tentu saja ini tidak terlepas dari keterlibatan orangtua. Coba beberapa tips ini untuk membuat anak lebih kreatif:

1. Ajak mereka masuk dapur
Sesekali, biarkan anak ikut memasak bersama Anda dan ajarkan mereka tentang berbagai jenis bumbu dan bahan makanan. Biarkan mereka mencoba resep hasil temuannya sendiri dan ikutlah mencicipi. Bawa juga mereka ke pasar untuk melihat berbagai bahan pangan yang dijual dan ceritakan apa saja yang bisa diolah dari sana. Mengetahui bagaimana makanan yang tersaji di rumah itu dibuat dan dari mana asalnya akan menjadi cara yang bagus untuk menstimulasi rasa ingin tahu mereka. Dan, siapa tahu akan memunculkan hobi yang baru!

Jangan biarkan anak bermain sendiri

KOMPAS.com - Bermain merupakan bagian dari proses perkembangan anak yang sangat berarti. Sayangnya, banyak orangtua Indonesia yang ternyata tidak mengetahui hal ini. Bahkan, mereka menganggap ikut bermain bersama anak bukan sesuatu yang pantas dilakukan. Oleh karena itu, orangtua kerap terlihat membiarkan anak bermain sendiri sehingga anak bermain dengan alat yang tidak sesuai kapasitasnya. Jika anak terus dibiarkan seperti ini, ia akan mengalami gangguan pada fisik dan psikis.

Hal inilah yang menjadi salah satu topik pembahasan saat talkshow "Meningkatkan Aktivitas Bermain untuk Meningkatkan Tahap Perkembangan Anak", yang diadakan oleh Early Learning Centre (ELC) di Function Hall Plaza Indonesia, Kamis (11/11/2010).

"Seharusnya, ada interaksi timbal-balik antara caregiver (orangtua, pendidik, atau pengasuh) dan anak. Caregiver harus peka pada kebutuhan anak, responsif, dan tahu bagaimana membina interaksi dengan anak, sehingga anak termotivasi untuk melakukan eksplorasi," tutur Dra Mayke S. Tedjasaputra, MSi, play therapist, saat talkshow berlangsung.