Pages

Aktif Bermain Rangsang Otak Anak

AGAR makin cerdas, otak bayi harus senantiasa dirangsang. Stimulasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi tumbuh dan berkembangnya otak bayi selain pemberian nutrisi.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk merangsang otak bayi, baik kiri maupun kanan. Bisa dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, meniru, menyimpan, mengulang dan membiasakan. Intinya hanyalah bermain aktif setiap hari.

Stimulasi sudah bisa dilakukan sejak bayi masih di kandungan, yakni di usia 6 bulan. Saat itu, sang ibu bisa mengajak bicara atau ngobrol si bayi, membelai perut dan menyanyikan lagu-lagu berirama terutama bernada tinggi.

Semuanya itu harus dilakukan ibu dengan senang hati dan tulus. Karena jika ibu merasa tidak nyaman melakukannya, hal ini akan berpengaruh pada kondisi bayi.

"Pernah ada seorang ibu merasa tidak nyaman dengan lagu yang didengarkan meskipun lagu itu disarankan untuk bayi (Mozart), tetapi ternyata sang ibu tidak merasa nyaman. Jadi yang penting, sang ibu harus merasa nyaman dulu," ungkap Dr. Soedjatmiko, Sp.A (K), MSi, Senin (11/2).

Metode yang dilakukan beragam bisa dengan mendengar, melihat, merasakan, mengingat, meniru, menyimpan, mengulang dan membiasakan. Cara ini dilakukan untuk merangsang otak kiri dan otak kanan, agar keduanya dapat tumbuh dengan seimbang.

Kemudian pada usia 1 – 3 tahun, orangtua dapat mengajaknya melakukan beberapa aktivitas seperti, mengajak anak bernyanyi, bermain game dan membacakannya cerita pendek untuk memicu imajinasinya, memberikan pensil atau pensil warna untuk melatih menggambar dan menulis, mengajak berbicara dengan normal (jangan berbicara seperti bayi), mendorong ia untuk berpikir rasional misalnya mengajarkan ia tentang bahaya, dan memberikan ia tugas sederhana untuk memicu kemampuannya menghadapi tantangan misalnya meminta ia untuk membantu membersihkan ruang makan dan mainan.

Dalam hal ini, orangtua tidak hanya mampu mendampingi tetapi juga harus mampu menjelaskan. "Jika si anak dapat melakukan dengan baik, berikan pujian padanya. Tapi jika ia masih menghadapi kesulitan, jangan pernah sekali-kali untuk melabelkan anak dengan kata-kata kasar seperti, bodoh, tolol atau yang lainnya. Karena ini dapat membuatnya merasa rendah diri," jelas Soedjatmiko.

No comments:

Post a Comment